Mon, 06/04/2009 - 16:12, lpmak.org
LEMBAGA Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) bekerjasama dengan Papua Agriculture Development Alliance (PADA)-AMARTA untuk melakukan survey potensi ekonomi di berbagai kampung pesisir maupun pedalaman Kabupaten Mimika. Survey tersebut bertujuan untuk mendengar langsung keinginan dari masyarakat setempat tentang program apa yang hendak mereka kerjakan guna meningkatan kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan hasil survey tersebut, AMARTA akan merekomendasikan kepada LPMAK khususnya Biro Ekonomi agar program yang dirancang harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehubungan hal tersebut, selama seminggu Tim Ekonomi LPMAK yang dipimpin Wakil Sekretaris Eksekutif III yang membidangi Program Ekonomi, Yohanes Arwakon bersama Tim PADA-AMARTA masing-masing David Anderson (Chief of Party), Cornel dan Frans Goetz serta pendamping CCB PT Freeport Indonesia (PTFI), John Randongkir mendatangi sejumlah kampung dan berdialog dengan masyarakat. Kampung yang didatangi yaitu Kiliarma, Fakafuku (Distrik Akimuga), Kampung Pece, Noema dan Wenin (Distrik Jita), Kampung Fanamo (Distrik Ayuka) serta Kampung Potowaiburu (Distrik Mimika Barat Jauh). Selain bertatap muka dengan masyarakat, tim juga melihat langsung kondisi tanah serta fasilitas umum yang ada di kampung tersebut. Kehadiran tim ekonomi LPMAK bersama AMARTA di kampung-kampung mendapat sambutan hangat warga masyarakat.
Pada pertemuan bersama warga masyarakat di tiap-tiap kampung, Wakil Sekretaris Eksekutif III, Yohanes Arwakon mengatakan, konsep program ekonomi saat ini mengalami perubahan dari waktu-waktu sebelumnya. Selama ini program ekonomi lebih banyak terpusat di kota saja, karena itu LPMAK melalui Biro Ekonomi telah merubah konsep dengan memfokuskan perhatian ke kampung-kampung. Untuk memulai program di kampung, LPMAK tidak bekerja sendiri tapi membangun kemitraan dengan PADA-AMARTA yang punya pengalaman membangun masyarakat di kampung-kampung. “Berdasarkan rekomendasi dari AMARTA maka LPMAK akan bekerja sesuai apa yang direkomendasikan. Jadi, survey yang dilakukan AMARTA sangat menentukan program apa yang paling cocok untuk masing-masing kampung,” jelas Arwakon dalam kunjungan ke masing-masing kampung yang didatangi.
Untuk daerah pedalaman, Tim Ekonomi LPMAK bersama AMARTA melakukan survey ke Distrik Jila. Di sana, tim ini bertatap muka dan berdialog langsung dengan masyarakat yang dipusatkan di lapangan terbuka. “Kita mau tanya apa yang masyarakat ingin dan apa yang masyarakat berharap bisa dibantu agar meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat,” jelas Cornel.
Dari dialog itu terungkap Distrik Jila berpotensi untuk perkebunan buah merah, sayur mayur dan perkebunan kopi bahkan tak menutup kemungkinan juga kebun teh. Selama ini hasil dari buah merah tak bisa dipasarkan keluar lantaran masalah transportasi.
Pada pertemuan dengan masyarakat, pimpinan AMARTA, David Anderson juga mengatakan, pihaknya telah membentuk sebuah kerjasama dengan pemerintah dan PTFI yang dinamakan Papua Agriculture Development Alliance (PADA) untuk membantu perkembangan ekonomi di dareah-daerah terpencil di Papua. AMARTA memberikan bantuan tekhnis, pelatihan dan dana hibah untuk kegiatan perikanan di Kaokanao, pengembangan kopi di Wamena dan Moanemani, peternakan dan penanaman padi di Akimuga. Bantuan USAID di Kaokanao, menurut David telah memperbaiki efisiensi mata rantai perikanan dan meningkatkan kesejahteraan untuk nelayan tradisional di wilayah pesisir
Pada 22 Oktober 2007 lalu, AMARTA membangun pabrik es di Kaokanao.
Tujuannya adalah untuk membantu nelayan dalam menyimpan hasil tangkapannya sampai mereka dapat mengirimkan ke pasar yang tepat. Selain dari itu juga membangun fasilitas untuk membuat perahu fiberglass untuk menangkap ikan. Tak saja itu, pada 19 Desember 2007 AMARTA juga telah bertemu perwakilan Starbucks di Seattle, Washington untuk membicarakan tentang kemungkinan kerjasama antara Starbucks dan AMARTA dalam mengembangkan kopi Papua. Starbucks dan AMARTA berusaha untuk menyediakan contoh produk untuk meningkatkan kualitas dan profil cupping untuk menguatkan kopi Papua. Sampel sampel ini terus dikirimkan ke Starbucks untuk dievaluasi, dan sejalan dengan itu Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI) memberikan dukungannya kepada kopi Baliem Arabika dengan informasi dan penelitian pasar.
Projek kopi AMARTA PADA di Wamena dimulai pada 22 Oktober 2007.
Tujuannya adalah untuk membentuk rantai suplai kopi special dari petani di lembah Baliem sampai ke pasar internasional. Untuk mencapai tujuannya, AMARTA dan petani kopi harus mampu memenuhi beberapa hal penting yang diantaranya adalah mendirikan koperasi petani, yang dinamakan koperasi Baliem Arabika, mendapatkan sertifikasi organik dan pasar bebas daerah asal Wamena, menyediakan transportasi dan jalur suplai untuk daerah asal Wamena dan mengidentifikasi pembeli yang berpotensi.
Selain Wamena, juga ada projek kopi spesial di Moanemani yang dimulai pada 22 Oktober 2007. Proyek ini dibuat untuk menghasilkan kopi arabika untuk pasar kopi special Internasional. Guna mencapai tujuannya AMARTA bekerjasama dengan koperasi setempat, Santo Isodorus, untuk mendapatkan sertifikasi organik dan pasar bebas, menyediakan transportasi dan jalur suplai juga mengidentifikasikan pembeli yang berpotensi.
Sedangkan di Akimuga, dilakukan projek penanaman padi yang dirancang untuk menciptakan keberlanjutan bercocok tanam di daerah Akimuga. Projek ini bertujuan untuk membantu petani dalam menaman padi, buah buahan, dan sayuran untuk mengakhiri ketergantungan mereka pada jarak pasar yang jauh di Timika. AMARTA juga membantu para peternak dalam hal ternak babi yang kemudian dapat dijual di Timika. Untuk mencapai tujuan ini AMARTA membuat jalur suplai dan menyediakan transportasi yang layak.
(thobias maturbongs)